Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Poetry : Diri Sendiri

Mengikat kelakar dalam otak Memaksa jadi jiwa yang beda Aku belum pandai memerankannya Terkadang bergemuruh dalam dada Suara melesak ingin keluar Tapi tertahan sampai tenggorokan Terbata-bata dibuatnya saat ditanya Argumentasi hal yang haram untuk disuarakan Macam kerbau diikat hidungnya, apa tuan katakan saya lakukan Kehidupan yang sesak tapi terus dipaksa bernafas Andai ini sebuah bom, bisa meledak kapan saja Menghancurkan dinding pertahanan Jiwa lama mungkin runtuh Tak mengapa sakit dahulu Si kerbau itu sudah jadi burung Tak usah burung cantik dengan suara merdu Biar jelek asal tak perlu dikurung Shintya Guntari Surakarta, 2018

Poetry : Kamu Dan Gadismu

Kamu dan gadismu Carilah sesempurna yang kau mau Biar bisa kau pamerkan pada temanmu Dia si kulit porselen nan ranum bibirnya Yang saja kalau senyum luluh pria di dekatnya Tapi nanti saat sudah puas, tinggalkan saja gadismu itu Bukan aku jahat, tapi karena aku tahu Saat kau mencari rumah untuk kau singgah di kala letih Saat kau mencari seseorang yang menyiapkan rumahmu itu Dan disaat kau tak lagi inginkan yang tercantik Ingatlah aku untuk menjadi rumahmu Aku yang tak usah kau pamerkan disaat kau masih mengagungkan citra Tetapi yang kau butuhkan sebagai pendamping di sisa hidupmu Karena sedari kemarin aku yakin kalau aku ini milikmu Shintya Guntari Surakarta, 2018